LINGKUNGAN
BEJI
1)
PISANG AMBON, PISANG EMAS
Di Lingkungan Tawangmangu,
tepatnya di Daerah Beji RT 03/RW VII terdapat usaha pisang ambon dan pisang
emas yang dimiliki oleh Bapak Min. Bapak Min sudah menjalani usaha ini selama
19 tahun. Usaha ini merupakan usaha turun-temurun dari isteri Bapak Min. Modal
awal yang digunakan oleh Bapak Min sebesar Rp 5.000.000,00. Keuntungan yang
diperoleh setiap bulannya sebesar Rp 1.500.000,00.
Usaha yang dijalani Bapak Min
ini hanya dikerjakan oleh Bapak Min beserta isterinya, tidak memiliki karyawan.
Pisang ambon dan pisang emas tersebut diambil dari daerah Purwodadi dan daerah
Sumberlawang. Harga pisang ambon berkisar antara Rp 20.000,00 sampai Rp
25.000,00 sedangkan harga satu tundun pisang emas biasanya Rp 75.000,00.
Kendala yang dihadapi oleh Bapak Min adalah disaat pemesan pisang yang akan
menjual pisang kembali tidak mengambil pesanannya sehingga menyebabkan
kerugian. Harga pisang tersebut berubah menjadi Rp 25.000,00 sampai Rp
10.000,00.
Permintaan konsumen pada saat
ini menurun dibandingkan tahun-tahun kemarin. Namun disaat puasa dan lebaran
permintaan akan meningkat. Bapak Min sendiri mempunyai keinginan untuk mengolah
pisang tersebut menjadi sebuah produk makanan namun masih terkendala dengan
masalah tenaga kerja.
2)
BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Di lingkungan Tawangmangu, Desa
Karangkulon RT 03 /RW 07 terdapat budidaya Jamur Tiram yang diolah oleh Bapak
Darsono. Dengan modal awal 50 Juta untuk mengembangkan hasil budidaya Jamur
Tiram, yang diolah dengan tenaga kerjanya sendiri. Selama 6 tahun Bapak Darsono
mengolah Jamur Tiram, Dengan setiap kerja pengolahannya sekitar 2-3 hari, cara
pengolahan Jamur Tiram menggunakan serbuk grajen kayu senggor yang diperoleh
dari Wonosobo lalu dikirim ke Tawangmangu.
Serta pengolahan bibit jamur
tiram dimasukan kedalam kanton plastik yang berisi serbu grajen kayu senggor
dengan cara plastik tempat untuk menanami jamur tiram dilubangi untuk
mendapatkan udara pada setiap penanaman jamur tiram lalu serbuk grajen
dimasukan dan bibit jamur tiram dicampurkan kedalam serbuk grajen dan disireami
air pada sore hari. Namun jamur tiram itu harus dengan pengolahan yang cukup
sangat diperhatikan karena jamur tiram itu membutuhkan suhu yang sangat baik
tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
Cara penempatan harus tertutup
ruangan dengan pelapisan plastik yang cukup terjangkau dengan sinar matahari
dan udara yang tidak terlalu banyak udara. Tempat penempatan jamur tiram sangat
cocok di udara daerah tawangmangu tempat pengolahan yang cukup baik dalam
tanaman jamur tiram. Cara perahatin dalam sehari-hari juga sangat mudah
penyiraman setiap sore di lakukan untuk memberi cairan pada tanaman jamur tiram
agar suhu ruangan mendapat kelembapan. Proses pengolahan Jamur Tiram dan
penumbuhan jamur membutuhkan waktu sekitar 30 hari atau selama 1 bulan Jamur
Tiram dapat berbuah dan siap untuk dipanen. Setiap pemanenan Jamur Timar Bapak
Darsono mendapatkan panen kira-kira sebanyak 1 ton Jamur Tiram.
Pemasaran Jamur Tiram dari
tahun ke tahun permintaan semakin meningkat, pemasarannya Bapak Darsono dengan
cara pengiriman sendiri atau kadang ada yang mengambil ketempat Bapak Darsono
sebagai pemasok Jamur Tiram. Permintaan pengiriman Jamur Tiram yang banyak di
daerah Bandung dan sekitanya sampai beberapa kwintal pengiriman. Bapak Darsono menjual Jamur Tiramnya sekitar 1
kg seharga Rp 8.500 sampai 9.000 itu dengan kualitas standar dan harga sekitar
Rp 10.500, ada juga Jamur Tiram yang seharga Rp 55.000 sampai 60.000 Jamur
Tiram yang kering. Keuntungan yang diperoleh Bapak Darsono kira-kira 150% dari
Rp 10.000.000 awal dari pemasaran jamur tiram 170% dari Rp 10.000.000 akhir
dari pemasaran jamur tiram. Kendala pembibitan yang mendapatkan bibit yang
kurang bagus, pengolahan jamur tiram Bapak Darsono sudah berjalan dengan baik
namun kendala yang di dapat hanya pemilihan bibit jamur tiram yang harus
diperhatikan oleh Bapak Darsono. Dan suhu udara yang cukup pas dalam pemilihan
tempat, tak lupa dengan penyiraman sinar dan tempat yang sangat sejuk supaya
Jamur Tiram menghasilkan hasil yang memuaskan. Setiap pemasaran Bapak Darsono
selalu memperhatikan bibit dan cara pemanenan yang menghasilkan jamur tiram
yang bagus dan besar-besar agar jumlah perkiraan jamur tiram yang dibutuhkan
sesuai dengan hasil yang diperkirakan.
Usaha kerajian
alat rumah tangga ini dimiliki oleh Bapak Sarjono yang beralamat di daerah Beji
RT 03/RW VIII. Dulu Bapak Sarjono memproduksi vigura namun sekarang ini hanya
memproduksi alat rumah tangga. Bapak Sarjono sudah 25 tahun memiliki usaha alat rumah tangga ini. Bapak
Sarjono memiliki 3 orang pegawai. Penggajian yang dilakukan oleh Bapak Sarjono
ada dua yaitu gaji borongan dan gaji harian. Biasanya gaji borongan sebesar Rp
50.000,00 per hari tergantung dengan motif pesanan. Biasanya Bapak Sarjono
memproduksi pesanan yang berupa souvenir pernikahan, ulang tahun, peralatan
rumah tangga, kaligrafi dan gantungan kunci.
Modal awal
yang digunakan berupa pemasaran produk ke dalam negeri dan luar negeri.
Pemasaran ke luar negeri biasanya ke Negara Cina, Jepang, dan Korea. Sedangkan didalam
negeri ada beberapa cabang didaerah
Kebakkramat, Kalisoro dan Sragen. Untuk sekarang ini pemasaran hanya difokuskan
didalam negeri. Usaha alat rumah tangga ini pernah bekerjasama dengan pihak
perhutani dan pernah mendapat bantuan dari pihak perindustrian yang berupa
mesin dan uang namun bantuan tersebut merupakan pinjaman sehingga Bapak Sarjono
harus mengembalikan uang tersebut beserta bunganya. Bahan baku yang digunakan
untuk memproduksi alat-alat rumah tangga tersebut berupa kayu pinus. Sedangkan,
bahan pembantu dan bahan penolong berupa mesin dan lem kayu.
Kendala yang
dihadapi dalam produksi alat-alat rumah tangga ini berupa susahnya mendapatkan
bahan baku kayu pinus. Permintaan konsumen mengenai produk alat-alat rumah
tangga ini semakin tahun semakin meningkat hal ini dikarenakan banyaknya
konsumen yang menggunakan peralatan rumah tangga untuk digunakan dalam
kebutuhan sehari-hari. Harga peralatan rumah tangga yang ditetapkan oleh Bapak
Sarjono terdiri dari 3 macam yaitu:
1.
Harga Super sebesar Rp 4.000,00. Biasanya untuk alat telenan yang
dipasarkan di daerah Jakarta dan Surabaya dengan ukuran 15 x 25 cm.
2.
Harga KW I sebesar Rp 3.000,00 yang bisanya dipasarkan di daerah Solo
dan Klaten.
3.
Harga KW II sebesar Rp 1.500,00.
Didalam pemasaran ada dua
system yaitu system eceran dan system grosir. Pihak distributor menerima produk
yang dikirim langsung oleh Bapak Sarjono sedangkan pihak pedagang biasanya
mengambil pesanan langsung ke rumah.
Laba yang diperoleh per
bulannya sekitar 15% sampai 25% dari penjualan yang dilakukan dalam produksi
tersebut. Tenaga kerja yang ada, bekerja untuk setiap harinya dan juga melihat
situasi dan kondisi yang ada dalam produksi tersebut serta tergantung system
kontrak kerjanya. Apabila barang – barang yang diproduksi langsung terjual ke
konsumen dalam jumlah yang banyak maka para pegawai pun langsung menerima gaji
dari Bapak Sarjono.
Alat – alat yang digunakan
untuk memproduksi peralatan rumah tangga terdiri dari : pasah, gergaji, srekel,
grendel, dll. Dalam setiap harinya tetap memproduksi sesuai dengan pesanan
asalkan ada bahan baku yang digunakannya yaitu kayu pinus. Bahan baku yang
digunakan dicari dengan cara kerjasama dengan pengrajin maupun datang langsung
ke petani. Sehari bisa memproduksi sebanyak 500 buah alat – alat rumah tangga
dengan mempekerjakan 3 pegawainya. Untuk 1 model alat rumah tangga bisa dikirim ke beberapa
cabang salah satunya di Sragen yang masing – masing sebanyak 5.000 buah.
Usaha yang dilakukan oleh Bapak
Sarjono dulunya CV tetapi sekarang berubah menjadi home industry dikarenakan
saat ini hanya memproduksi alat-alat rumah tangga untuk memenuhi pesanan di
dalam negeri saja dan untuk pemasaran di luar negeri saat ini sudah berhenti.
Cara mengelola keuangan yang
dilakukan oleh Bapak Sarjono meliputi :
1.
Uang untuk membeli bahan baku jangan sampai dikurangi, karena bisa
juga digunakan untuk kebutuhan infaq sebesar 2,5%.
2.
Mempersiapkan kelayakan bahan-bahan pembantu yang akan digunakannya
agar di dalam proses produksi tidak terjadi kesalahan maupun kerusakan.
3.
Biaya operasional yang dikeluarkan oleh Bapak Sarjono hanya digunakan
untuk pembayaran upah tenaga kerjanya.
4.
Laba yang diperoleh atas penjualan produk-produk tersebut terlebih
dahulu digunakan untuk menambah modal
usahanya dan yang pastinya untuk keperluan keluarga.
5.
Menjaga loyalitas konsumen dengan cara memberikan diskon/potongan
harga pada pesanan dengan partai besar.
6.
Seminim mungkin meniadakan system hutang dalam memproduksi maupun
memasarkan produknya ke konsumen agar perputaran hutang tidak terjadi terlalu
besar maupun terlalu lama untuk menghindari kerugian yang timbul akibat utang
jangka panjang.
7.
Meningkatkan kualitas kinerja karyawan dengan cara pemberian pelatihan
ketrampilan maupun keahlian pegawai di dalam membuat produk yang dipesan oleh
konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar