LINGKUNGAN
NANO
1)
PEMBIBITAN HOLTIKULTURA
Pembibitan holtikultura
merupakan usaha pembibitan yang dimiliki oleh Bapak Suladi di daerah Bener RT
01/RW V. Namun saat ini Bapak Suladi hanya berfokus pada tanaman kol. Harga
jual 1 bibit tanaman kol seharga Rp 1,00 per batang tanpa menggunakan polibag. Pemasaran
ini sudah sampai ke daerah Jotiyoso, Beruk dan melayani daerah Tawangmangu.
Pembibitan Holtikultura ini hanya ada 3 usaha yang ada di Tawangmangu. Didalam
proses pembibitan tersebut memerlukan bibit sebanyak 25.000 batang. Bapak Ismi
Setiawan membeli bibit dengan bungkus sachet. Proses awal sampai proses panen
memerlukan 35 hari. Kendala yang dihadapi oleh usaha pembibitan holtikultura
ini adalah hama.
Bapak Suladi sudah
mengupayakannya dengan memakai obat penyerang hama, akan tetapi masih kurang
maksimal. Bibit tersebut setiap hari disiram setiap pagi dan sore. Tenaga kerja
yang dimiliki oleh Bapak Suladi berjumlah 3 orang yang bertugas untuk mengolah
tanah, memberi pupuk dan memasukkan bibit secara manual. Idul Fitri tahun
kemaren bibit tidak bisa keluar kedaerah-daerah Tawangmangu dikarenakan cuaca
yang panas. Modal awal yang dimiliki oleh Bapak Suladi berupa sewa lahan yang
nominalnya Rp 28.500.000,00 selama 5 tahun, serta rumah yang mempunyai nominal
Rp 15.000.000,00.
Bapak Suladi memerlukan 5 box
yang digunakan untuk sekali melakukan pembibitan. Satu kali melakukan produksi
memerlukan 35-40 hari lamanya. Didalam proses pembibitan memerlukan 3 lahan
panjang yang dapat memuat 28.000 sampai 35.000 bibit. Daun kol dapat dijual
dengan harga Rp 1.000,00 per ikat. Namun jika daun kol tidak terjual dapat untuk
makan kelinci dan ternak.
Pembibitan holtikultura yang
didirikan Bapak Suladi ini sudah berjalan selama 3 tahun. Pendapatan kotor yang
diperoleh Bapak Suladi adalah sebesar Rp 8.000.000,00 per bulan, biaya
operasional beserta pupuk adalah sebesar Rp 2.000.000,00 per bulan dan biaya
ketiga tenaga kerja sebesar Rp 3.000.000,00 sehingga pendapatan bersih yang
diperoleh Bapak Suladi sebesar Rp 5.000.000,00 per bulan. Pembibitan
holtikultura ini belum mendapat
sosialisasi dari pemerintah. Produk yang berbentuk sayur atau yang sudah berupa
kol yang siap dipanen dipasarkan kedaerah Solo, Jogjakarta dan Semarang.
2)
KRIPIK PISANG “RAJA”
Usaha kripik pisang “RAJA” ini
dimiliki oleh Bapak Edi, didaerah Bener RT 03/V. Usaha ini sudah berdiri
sekitar 8 tahun. Tenaga kerja yang dimiliki oleh Bapak Edi berjumlah 12
karyawan. Produk ini biasa dipasarkan ke Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri dan
Magetan. Bahan baku yang digunakan adalah pisang tandu raja dan pisang asli
trenggalek yang berasal dari Jawa Timur.
Selain itu produk kripik pisang
ini juga dipasarkan ke minimarket. Kripik pisang “RAJA” yang dimiliki Bapak Edi
ini sudah mempunyai ijin dari pemerintah seperti P-IRT serta sudah mendapat
ijin dari Disnakertrans Karangamyar dan Depnaker Semarang. Sebelum memulai
usaha ini Bapak Suladi juga mengikuti pelatihan di Semarang. Bapak Suladi
mendapat bantuan Rp 1.500.000,00 dalam bentuk barang. Biasanya 1 kali produksi
dalam seminggu menghasilkan 1,5 sampai 2 ton bahan baku pisang. Didalam 1 ton
bahan baku pisang dapat menghasilkan 3 kw kripik pisang yang dijual dengan
harga Rp 22.000 per kg.
3)
PRODUK TEMPE
Di Lingkungan Nano terdapat
pengusaha tempe. Usaha tersebut
tergolong usaha keluarga yang berada di lingkungan nano RT03/RW06. Mbak Rini
bersama suaminya telah merintis usahanya tersebut selama enam tahun. Beliau
memulai usahanya dengan modal Rp. 500.000.
Beliau memproduksi tempe setiap
hari. Meskipun tidak mempunyai pegawai, Mbak Rini mampu membuat tempe sebanyak
20kg per hari. Bahkan saat lebaran
beliau banyak menerima pesanan dari pelanggan sebanyak 30kg sampai 40kg tempe
daun pisang. Sebelumnya, beliau memasarkan tempe di pasar tawangmangu. Karena
telah dikenal warga sekitar tawangmangu, beliau hanya menjual produknya ke
pelanggan tetap. Tempe tersebut dijual seharga Rp 350 per bungkus.
Setiap hari tempe produksinya laku terjual seluruhnya. Sehingga beliau
mampu memperoleh laba Rp 1.000.000 per bulan. Namun terkadang juga terdapat
kendala dalam menjalankan usahanya tersebut. Kedelai yang tidak berkualitas dan
tempe yang tidak berhasil sempurna misalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar